Salah satu anugerah
Tuhan paling indah yang dititipkan dalam hidupku adalah bakat
menciptakan lagu. Dengan bakat tersebut aku bisa membuktikan pada dunia
bahwa tidak hanya Beethoven yang mampu membuat maha karya dan melegenda.
Aku pun bisa. Sebab antara Beethoven dan aku kan tak jauh beda, sama
sama manusia hehe…. Kalau beliau bisa menjadi tokoh bersejarah yang bisa
mempengaruhi dunia, berarti aku pun punya kesempatan yang sama pula.
Bukan begitu?
Hmmm merunut pada sejarah masa kecil, aku sendiri tak bisa memastikan
tanggal dan tahun kapan aku mulai mengembangkan bakat ini. Dari satu
episode ke episode hidup lainnya semua saling berkaitan, sambung
menyambung sampai akhirnya bisa seperti sekarang. Mulai dari kebiasaanku
nyanyi di rumah semasa SD, mengobrak abrik nada lagu artis ngetop
semisal “Gelas-gelas Kaca”nya Nia Daniati atau “Duh Engkang”nya Itje
Trisnawati. Sukses mengobrak-abrik nada, dilanjutkan dengan mengarang
lirik sekenanya, yang penting ngena sama nada. Jadilah sebuah lagu baru,
hasil jiplakan lagu orang yang dikombinasi. Setelah puas, baru berhenti
nyanyi, dan mengarang lagu baru lainnya. Begitulah, tanpa ditulis dan
tidak diingat-ingat lagi, semua terlupakan. Karena itu hanya mainan
belaka, layaknya kalian bermain petak umpet atau main
sandiwara-sandiwaraan, tidak penting kan merekam yang sudah dimainkan.
Tonggak pertama dibukukannya lagu-lagu buatanku adalah tanggal 24 Juli 1993. Hari itu aku menciptakan lagu pop berjudul Ulang Tahunku,
karena memang hari itu sedang berulang tahun diusia 14 th. Nah dari
sana baru aku bukukan satu persatu, tanpa chord atau partitur, hanya
liriknya saja. Sebab saat itu belum bisa main alat musik dan buta dengan
partitur (itu mah sampai sekarang). Nada dan not lagu semua terekam
secara sempurna diotak, tanpa bantuan alat rekam canggih.
Beranjak SMA aku mulai bisa bermain gitar. Belajarnya pun sekadarnya,
sekadar bisa untuk keperluan bikin lagu. Tapi masih menggunakan rekam
otak juga, karena tak mampu membeli walkman. Alhamdulillah, lulus SMA
aku bisa membukukan dua jilid. Kira-kira 100an lagu, karena
masing-masing jilid berkisar 50-60an lagu cinta.
Banyak orang bertanya darimana inspirasiku? Kapan dan dimana
membuatnya? Asal tahu aja, aku sama dengan musisi lainnya. Lagu itu
muncul dimana dan kapan saja, tapi biasanya datang saat aku menyendiri
baik diperjalanan atau dikamar. Di WC maupun di stasiun kereta. Mengenai
tema lagu, sebagian adalah pengalaman pribadi, sisanya diambil dari
potongan kisah orang-orang sekitarku. Aku dan kalian adalah inspirasi.
Batupun juga inspirasi. Semua bisa menginspirasiku.
Sejak dulu aku sadar, bahwa semua laguku adalah investasi besar
dimasa depan. Namun aku juga sama seperti yang lain. Sangat malu dan
tidak pede untuk mempublikasikannya. Bertahun-tahun semua hanya untuk
konsumsi sendiri, tak berani didengarkan keorang lain. Sampai akhirnya
Eggie datang dan mengubah semuanya. Sifatnya yang hiperbolis, terlalu
dibesar-besarkan, sifat yang tidak aku sukai darinya tapi berkat sifat
tersebut aku menjadi percaya diri. Mendengar satu dua laguku ia langsung
terhenyak, dan memujiku setengah mati. Setiap hari ia seperti ketagihan
lagu, meminta dan meminta lagi. Sampai sampai buku laguku ia pinjam
berhari-hari, ia bawa kesekolahnya. Ia perkenalkan satu persatu
keteman-temannya. Bagiku, dialah tim sukses pertama yang membawaku pada
dunia musik sebenarnya. Aku tak tahu bagaimana jadinya jika tidak
bertemu dengan dia. Mungkin lagu-lagu itu masih tetap tersimpan rapi
dalam buku, yang kian tahun kian menumpuk dilemari kamar.
Akhir tahun 2001 aku menjadi juara satu lomba cipta lagu Salman ITB.
Saat penyerahan piala aku diminta menyanyikannya secara live. Beres
nyanyi Mas Her (Ketua YPM Salman saat itu) bilang dihadapan seluruh
audiens, kira-kira seperti ini, Deden adalah calon orang besar didunia
musik. Deg.. ini bukan rekayasa, tapi aku seperti berada pada titik
waktu yang berhenti. Semua berhenti. Seolah-olah bumi ikut ikut
terhenyak dengan pernyataannya. Dan sampai saat ini aku tidak tahu
mengapa Mas Her bisa bilang seperti itu. Atas dasar apa? Padahal
setahuku baru hari itu ia kenal dan melihatku menyanyi. Tapi justru
sejak saat itu, perkataan beliau selalu terngiang-ngiang dalam setiap
langkahku. Menjelma jadi api semangat. Sejak hari itu pula aku bertekad
untuk serius menggeluti bidang musik, tidak sekedar hobi belaka.
Menjadi seorang pencipta lagu memang membutuhkan talenta yang unik.
Banyak pemain music bahkan sekelas arranger music yang aku temui, tak
mampu membuat sebuah lagu. Kalau pun ada, mereka sama sepertiku dulu,
tak berani mempublikasikannya. Jika kamu adalah salah satunya, jangan
berputus asa. Sebab itu adalah proses panjang yang seharusnya dilalui.
Kalau sudah memancangkan diri didunia music, lewatilah masa-masa sulit
itu. Kemudian satu persatu membangun jaringan koneksi. Dan teruslah
berkarya. Sampai Tuhan sendiri yang menghentikannya.
Sumber : http://adenlife.com/2009/06/29/menjadi-seorang-pencipta-lagu/